#TelisikJakarta: Nama-Nama Daerah di Jakarta, Dari Mana Asal Usulnya?
“Kenapa daerah Tanah Abang atau Pasar Senen namanya gitu, ya?”
- Esa, 21 tahun, warga Jakarta.
Memang, banyak dari kita mengetahui, atau bahkan sering melewati, beberapa daerah di Jakarta. Namun, bisa jadi hanya sedikit dari kita yang tahu asal-usulnya atau disebut juga dengan toponimi.
Menjawab pertanyaanmu, kami berdiskusi dengan Bondan Kanumoyoso, sejarawan sekaligus dosen program studi sejarah di Universitas Indonesia. Secara keseluruhan, ada dua faktor yang mendorong penamaan itu terjadi: Sejarah dan masyarakat di sekitarnya.
1. Tanah Abang, Jakarta Pusat
Kecamatan yang dikenal memiliki pusat tekstil terbesar di Asia Tenggara ini, punya dua versi nama.
Pertama, wilayah ini awalnya disebut “Nabang” karena banyaknya pohon Nabang di daerah tersebut pada abad ke-19. Warga Belanda pada masa itu menyebutnya dengan “De Nabang.” Hal ini kemudian diplesetkan oleh penduduk lokal menjadi “Tenabang” dan akhirnya “Tanah Abang.”
Kedua, dari cerita penyerangan pasukan Mataram terhadap Belanda pada abad ke-17 di sebuah perbukitan di Batavia dengan tanahnya yang berwarna merah. Lantaran warna tanah tersebut, daerah ini disebut Tanah Abang yang berarti Tanah Merah dalam Bahasa Jawa.
2. Jalan Warung Buncit, Jakarta Selatan
Sama seperti Tanah Abang, jalan yang berlokasi di Kecamatan Mampang Prapatan ini memiliki dua versi terkait asal-usul namanya. Versi pertama menyebutkan, di jalan ini dahulu ada pemilik warung keturunan Tionghoa yang bernama Bun Tjit.
Bondan menceritakan, versi lain asal usul nama jalan ini masih diambil dari peristiwa penyerangan Pasukan Mataraman yang mana pada saat itu, Jalan Warung Buncit menjadi pos pertahanan Pasukan Mataraman paling belakang.
“Warung itu maksudnya bukan warung seperti sekarang, tapi maksudnya warung itu pos. Dan buncit karena dulu itu pos paling belakang. Kan, paling depannya di daerah Matraman. Nah, paling belakangnya di situ. Makanya dari Warung Buncit ke Matraman kan cuma lurus aja,” jelasnya.
3. Matraman, Jakarta Timur
Asal nama ini, berawal dari sejarah daerah Matraman yang pernah jadi markas bagi pasukan Sultan Agung dari Mataram untuk menyerang VOC sebagai penguasa Batavia saat itu. Penyerangan ini dilakukan pada tahun 1628 dan 1629.
Namun sayang, dua penyerangan itu tidak berhasil. Dari cerita pada masa itu, penduduk lokal sering menyebut daerah ini sebagai daerah Mataraman dan hingga kini, menjadi Matraman.
“Bahkan, nama daerah lain di sekitar Matraman seperti Paseban, Rawamangun, Kramat, dan Jatinegara juga awalnya dari Pasukan Mataraman yang dulu sempat tinggal di situ untuk menyerbu VOC,” tambah Bondan.
4. Senayan, Jakarta Selatan
Kelurahan satu ini, terkenal dengan area pusat bisnisnya, yaitu Sudirman Central Business District (SCBD). Konon, daerah Senayan adalah tempat tinggal bagi bangsawan asal Bali yang bernama Letnan Wangsanayan pada abad ke-17.
Hingga 1960-an, nama Wangsanayan masih ada di peta Jakarta hingga akhirnya diganti menjadi Senayan saat Jakarta menjadi tuan rumah Asian Games 1962. Menurut Bondan, dahulu di Batavia, pemerintah kolonial Belanda cenderung memusatkan tempat tinggal berdasarkan kelompok etnis.
“Ada yang nama daerahnya dari nama etnisnya, seperti Kampung Melayu, Kampung Ambon. Ada yang diambil dari nama pemimpin yang berasal dari etnis tersebut, seperti nama Letnan Wangsanayan yang sekarang jadi nama Senayan,” paparnya.
5. Senen, Jakarta Pusat
Senen. Satu dari delapan kecamatan di Kota Administrasi Jakarta Pusat ini terkenal dengan pasarnya yang bernama Pasar Senen. Awalnya, Pasar Senen bernama Vinckpasser. Nama tersebut diambil dari nama tuan tanah pemilik bangunan pasar, yaitu Yustinus Vinck.
Namun, dahulu Vinckpasser hanya buka pada Senin. Maka dari itu, penduduk lokal lebih sering menyebut Vinckpasser menjadi Pasar Senen yang masih dipakai hingga saat ini.
Oh ya! Buat kamu yang penasaran lagi, Bondan juga menambahkan, Jakarta punya nama pasar dari semua hari, lho!
“Pasar Selasa ada. Pasar Rebo itu di Jakarta Timur. Pasar Kamis, Pasar Jumat, Pasar Sabtu juga ada. Pasar Minggu ini di Jakarta Selatan,” ujarnya.
6. Jagakarsa, Jakarta Selatan
Nama kecamatan di selatan Kota Administrasi Jakarta Selatan dan berbatasan langsung dengan Kota Depok ini berasal dari anak salah satu Panglima Sultan Agung Hanyakrakusuma, yaitu Surodipo, yang bernama Raden Jagakarsa.
Pada tahun 1629, Surodipo gugur saat menyerbu Batavia yang saat itu dikuasai oleh Belanda. Lalu, Raden Jagakarsa melanjutkan perlawanan ayahnya di Batavia dan mendiami wilayah di Jakarta bagian selatan yang kini kita kenal dengan nama Jagakarsa. Tidak jauh dari Jagakarsa, terdapat juga Jalan Mohammad Kahfi yang diambil dari nama putra dari Raden Jagakarsa.
“Raden Jagakarsa itu juga ga berhasil ngalahin VOC. Makanya, dia ga berani pulang karena takut sama Sultan Agung. Dia akhirnya milih buat tinggal di daerah selatan Jakarta sampe punya dua anak laki-laki. Satu nama anaknya dijadiin nama jalan, yaitu Jalan Mohammad Kahfi,” ucap Bondan.
Bukan jawaban tunggal
Di samping berbagai penjelasan ini, Bondan menyebut, tidak ada dasar atau penjelasan yang tunggal dan pasti benar. Namun, hal di atas adalah yang paling kuat dan sudah diverifikasi oleh sejarawan.
Bagaimana? Menarik bukan? Tentu saja dan bukan hanya ini!
Masih banyak sekali nama dengan berbagai kisah di baliknya. Namun, yang terpenting adalah rasa penasaran dan keingintahuan kita untuk tetap membuatnya tetap menyala dan tak dilupakan.
Jika Teman Kolaborasi melewati daerah-daerah di atas, jangan lupa untuk berswafoto dengan mural Plus Jakarta di daerah tersebut ya!
Mari, kenali sejarahnya dan berkelana di tiap-tiap sudut ibu kota!